Entah atas dasar apa aku mengabadikanmu dalam tiap aksaraku. Yang aku tau, aku butuh tempat untuk mencurahkan segala rasaku ~selain padaNya, tentu saja.
Tuan .. Aku kelimpungan mencari pengalihan sesak di dadaku. Aku lebam dihajar rindu tiap waktu.
Aku kelelahan mengurai air mata di tiap sujudku. Hanya karena kamu. Ya, kamuku yang dulu.
Tuan .. Seandainya saja waktu kembali mempertemukan kau dan aku, akankah sanggup aku memintamu untuk tak beranjak pergi meninggalkanku? Mampukah aku meluapkan segala rasa, asa juga derita oleh sebabmu.
Tuan .. Seandainya waktu itu kamu mampu, menangkap isyarat dibalik kedua bola mataku. Isyarat dibalik sorot mata yang meminta untuk kau tetap tinggal, yang mengiba dibalik derai air mata.
Tuan .. Aku mencintaimu, bahakan setelah ketiadaanmu, aku tetap menggilaimu.
Aku ingat, ini bunga yang keempat kalinya darimu. Bunga mawar merah muda, kesukaanku.
Tuan, aku rindu ..
Sebelum kamu, aku pernah begitu ragu. Sebelum kamu, aku abai pada sembilu. Selepas kamu, aku percaya; Tak akan pergi andai dihargai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pelukan Penawar ..
Senja tadi, bertemankan secangkir teh hangat, setangkup roti keju, juga sesisir pisang susu. "Vian sudah berangka...
-
Senja tadi, bertemankan secangkir teh hangat, setangkup roti keju, juga sesisir pisang susu. "Vian sudah berangka...
-
Entah atas dasar apa aku mengabadikanmu dalam tiap aksaraku. Yang aku tau, aku butuh tempat untuk mencurahkan segala rasaku ~selain padaNya,...
-
Lagi lagi teringatkan akan kamu. Hal sederhana yg nyatanya mampu membangkitkan kenangan lalu. Memaksa selapis tipis cairan mengalir dar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar